Senin, 11 Juli 2011

Rani, the next victim (story 5)

Aku menatap keluar jendela dengan lesu. Sambil menghela nafas aku menaruh kepalaku di meja. Hari ini aku capek sekali, capek karena keadaanku. Di rumah, dimarahi. Di sekolah, diejek. Di mana-mana, aku selalu tidak diperhatikan.
Akhir-akhir ini, aku jarang ketemu dengan Rani, teman pertamaku disini. Aku pernah bertemu dengan teman lamaku dulu, tapi mereka seperti tidak mengenalku. Kusapa, mereka tetap asik ngobrol. Haah, aku benar-benar nggak dianggap.
Tiba-tiba... Plak!
Aku dilempari sesuatu oleh seseorang. Penghapus. Dan ada tulisanya: Ini Rani, tolong datang kerumahku ya, ada disebelah kanan rumahmu.
Hah? Rumah Rani ada di sebelah kanan rumahku? Kenapa aku tidak tahu?
Aku menyimpan penghapus itu di sakuku. Nanti pulang sekolah aku mau ke rumahnya walau aku harus bersiap dimarahi ibu tiriku karena tidak pulang tepat waktu.
Pulang sekolah, aku menenteng tasku yangs udah sebagian robek ke kompleks rumahku. Lalu aku menuju rumah Rani, melewati pagar rumahku.
Sesampai di rumah Rani, rumahnya kelihatan sepi. Tak ada orang. Tapi pagarnya sedikit terbuka dan pintunya tidak terkunci.
Aku langsung masuk kedalam rumah itu. Gelap. Untung aku menemukan senter didepan pagar rumah Rani. Jadinya aku masih bisa melihat.
Didalam rumah itu aku nggak menemukan apa-apa. Saat aku hendak membuka pintu untuk ekluar. Pintinuya terkunci!
"A.. Apa?? Tidaak, tolong!! Seseorang, siapa saja!!" Teriakku menggedor-gedor pintu. "Bukaaa!"
"Percuma kau teriak, tak akan ada yang menolong." Sahut seseorang. Nessie!
"Nessie, apa maksudmu? Aku tak melakukan apa-apa!"
"Bukan kamu, tapi temanmu!"
Aku kaget. "Siapa?"
"Huh, Rani..."
Rani?! Aku langsung berlari menuju sebuah kamar. Disana ada Rani diikat tubuhnya dan mulutnya dilapisi selotip.
"Rani!" Aku berusaha melepas selotip di mulut Rani. "Kamu kenapa Rani?"
Rani tak bisa menjawab karena mulutnya ditutupi selotip bewarna hitam.  Tapi dia malah makin lemas. Aku hampir kehabisan akal. Untungnya, ada gunting disebelahku.
Aku langsung mengambil gunting itu dan menggunakanya untuk melepas tali yang menjerat tubuh Rani. Setelah lepas, Rani melepas selotip itu sendiri.
"Ahh, terima kasih... Kenapa kau tahu aku ada disini?" Tanyanya sambil memungut seutas tali.
"Ehh.. Bukanya kamu yang mengundangku kesini? Tadi ada penghapus yang tulisanya darimu, aku disuruh datang kerumahmu?" Aku balik bertanya dengan heran.
"Benarkah? Bukan aku kok!" Sahut Rani.
Aku berpikir sejenak. Siapa yang merencanakan ini? Siapa yang menyekap Rani? tapi setelah kupikir agak lama, mungkin ini... Perbuatan Nessie!

1 komentar:

Jangan cuma baca, komentar juga doong..! bagi saya, komentar itu membuat saya senang