Rabu, 06 Juli 2011

Masih berlanjut...(story 2)

Halo, bertemu lagi. Kalian masih ingat? Aku Jansen.
Kalian tahu, kehidupanku terasa lebih baik sekarang. Semenjak aku mendapat peringkat nilai UAN SD terbaik di Indonesia. Tetangga-tetanggaku banyak yang memuji sehingga, ibu tiriku, ikut membanggakanku.
"Oh, ini anak kandung saya.. Dia memang pintar. Belajar tiap hari." Aku selalu mendengar kata-kata itu setiap ada yang memuji kecerdasanku. Tapi yang membuatku jengkel, aku bukan anak kandungnya... Aku anak mamaku, dan mama asliku bukan kau ibu tiriku..!
Setidaknya, aku dianggap ada di keluarga ini. Ini sudah membuatku bahagia. Terima kasih tuhan... Kau mengabulkan doaku sedikit demi sedikit.
Hari ini hari pertamaku masuk SMP. Dan aku masuk SMP favorit! Aku mendapat beasisiwa karena nilaiku. Aaaaah, bahagianyaaa....
SMPku itu sangat bagus. Ada air mancurnya, taman mini, dan laboratoriumnya lengkap! Aku makin bersyukur, bisa sekolah di tempat yang bagus ini!!
Aku berjalan menuju pendaftaran. Ayah dan ibu tiriku tidak mengantar. Karena harus bekerja.
"Permisi.." Ucapku, memeriksa apakah ada seseorang didalam ruangan itu.
"Oh, siahkan!" Sahut seorang wanita. "Mau mendaftar? Silahkan diisi formulirnya!"
Aku mengeluarkan sesuatu dari sakuku. Bukti beasisiwa.
"Anu, bu... Saya dapat beasiswa disini..." Ujarku malu-malu. Ibu itu langsung melotot lantas menjabat tanganku.
"Wahh! Anda peraih nilai UN tertinggi di Indonesia ya!! Sungguh suatu kehormatan anda dapat bersekolah disini! Nama saya Bu Romli!" Mata Bu Romli berbinar-binar. "Tunggu ya, saya mau memanggil guru-guru lain!"
Aku mengangguk pelan. Wah, heboh sekali...
Tak lama kemudian, Bu Romli datang bersama kira-kira sepuluh orang guru. Lalu Bu Romli memperkenalkan namaku dan memberitahu bahwa aku adalah anak baru peraih UN tertinggi nasional.
Para guru itu memandangku aneh sambil memasang tampang tidak percaya.
"Kau asal SD negeri kerakyatan kan?" Tanya salah satu guru.
"Eng.. Iya, kalau boleh tahu, ada apa ya?" Jawabku sekaligus bertanya.
"kyaaaaaaa!! Selamat nak, kau pintar sekali, nilai UANmu sempurna, dan kau sekolah disinii!!" Histeris guru itu sambil mengguncangkan bahuku.
"Ish, ibu... Kasihan anaknya!" Tegur seorang guru.
Aku tertawa kecil. "Bu, kelas saya dimana?" Tanyaku kepada Bu Romli.
Bu Romli tersenyum lebar dan menggandengku menuju sebuah kelas yang luas bertuliskan. Seven grade A.
"Ini kelasnya anak pintar." Kata Bu Romli meninggalkanku di dalam kelas itu.
Aku memandang seisi kelas. Mereka diam melihat kehadiranku. Beberapa orang berbisik-bisik. Aku mendengar sekilas pembicaraan mereka.
"Ek, itu kan Jensen Torridor, yang nilainya paling bagus se-Indonesia??"
"Wah iya, gawat! Saingan tangguh nih!"
"Iya, kayaknya dia sombong deh, kita jangan temenan sama dia deh!!"
Aku melotot. Sombong? Mereka belum mengenalku tapi kenapa aku langsung dianggap sombong?
Aku duduk di bangku belakang. Anak-anak lain mencuri-curi pandang kearahku. Aku merasa risih.
"Kenapa sih?" Batinku heran.
Tak lama kemudian, seorang guru datang sambil menebar senyumnya.
"Selamat pagi, new chidern. Selamat datang di SMP penambangan emas!" Sapa guru itu. "Nama saya, Miss Luica."
"Nice to meet you, miss Luica!"
Wah, gurunya ramah. Mungkin aku bisa menyukai tempat ini.
"Yak anak-anak. Kita kedatangan seorang murid yang membawa kebanggaan bagi sekolah kira. Jensen Torridor. Silahkan maju!"
Aku tergagap. Aku disuruh maju kedepan.
"A.. Aku?"
"Ya, sayang. Come forward.."
Aku berjalan cepat-cepat kedepan kelas. Glek... Aku harus bilang apa?
"Please introduce your self.."
Aku mengangguk cepat karena gugup.
"Nama saya, Jansen! Senang bertemu kalian semoga kita bisa berteman baik!" Ucapku ,alu-malu.
Aku mendengar seorang murid menyahut.
"Aku tak mau berteman baik denganmu!"
Aku menunduk.
"Messi! Jaga bicaramu!" Benatk miss Lucia galak.
"Dia kelihatan sombong miss, saya nggak mau berteman dengan orang sombong!" Kilah anak itu.
Aku sedih mendengarnya. Aku nggak sombong kok!
"Jangan dipikirkan, Jansen. Dia hanya bercanda." Hibur miss Lucia.
Aku langsung kembali ke temat dudukku, Messi yang tadi mengejekku sekarang mencibir kearahku dengan pandangan mengejek.
Fuuh... Ternyata deritaku masih berlanjut.

3 komentar:

  1. nil..kasian janson tetap menderita trus..aku g sabar tamat ceritanya..^_^

    BalasHapus
  2. iya nil..... q kasihn ma jensen akhir ceritanya gmn nie

    BalasHapus

Jangan cuma baca, komentar juga doong..! bagi saya, komentar itu membuat saya senang