Sabtu, 09 Juli 2011

Ramni's grandma

Ramni memakai topi lebarnya.
Dia lalu berlari menuju padang rumput. Dia merebahkan tubunya dan memandang langit yang dihiasi burung-burung beterbangan.
Tiba-tiba Ramni mendengar suara neneknya yang serak dari arah kamar.
"Naaak, tolong buatkan teh ya naaak..." Pinta Nenek Ramni dengan suara parau.
"Tapi, nek.. Kata dokter nenek tidak boleh minum teh, nanti penyakit nenek kambuh lagi.. bagaimana kalau wedang jahe?" Tawar Ramni sambil memegang tangan neneknya yang kurus.
"Tidak, nak... Ramni tahu kan, nenek suka teh..? Buatkan teh saja, nenek tak akan apa-apa..." Nenek duduk dari tempat tidurnya. "Lihat kan? Nenek sehat..."
"Baiklah nek," sanggup Ramni sambil berdiri dan berlalu ke dapur.Lalu dia menyeduh teh untuk neneknya. Setelah jadi, dia membawa baki berisi secangkir ke kamar neneknya.
"Nek, ini tehnya!" Ujar Ramni sambil meletakkan cangkir teh diatas meja.
"Makasih ya nak... Kau memang cucu nenek yang baik..." Kata nenek Ramni sambil meneguk teh buatan Ramni. Tiba-tiba nenek menjatuhkan cangkir tehnya dan memegang dadanya.
"Akh! Nenek, nenek! Nenek kenapa, nenek?? Tolooong....!!" Ramni panik sambil menahan neneknya yang hendak terjatuh ketanah.
"Nenek, bertahanlah nek... Kumohon, nek... Nenek..." Ramni menangis sambil meraba wajah neneknya. Pucat. Seperti mayat.
"Nenek..."
"Nak Ramni, cucuku..." Panggil nenek lemah.
"Nek, jangan tinggalkan Ramni sendirian nek, Ramni sayang nenek... Bertahanlah nek.." Ramni masih menangis. Lalu nenek menghapus air matanya dengan tangan.
"Ramni, jangan sedih ya nak... Cucu nenek hebat kok, kalau nenek meninggalkan kamu, jangan menangis ya, kalau kau menangis, nenek akan ikut sedih.." Nenek memegang tanganku.
"Nenek, jangan bilang begitu nek.." Tangisan Ramni makin kencang.
"Jangan menangis... Jangan menangis, cucuku... Jangan...." Suara nenek makin melemah. Dan mata nenek menutup perlahan. "Ramni anak baik.... Jangan menangis..."
"NENEK??! Nenek, bangun nek! Neneeeeekk!!" Jerit Ramni melihat neneknya sudah makin lemah.
"Neneeekk..." Ramni memeluk neneknya erat. "Aku menangis nek... Maaf selama ini aku banyak nakal sama nenek... Maaf nek, bikin nenek sedih..."
Tiba-tiba, para warga lalu datang berbondong-bondong menuju rumah Ramni yang kecil.
"Ada apa ini?" tanya mereka penasaran. Tapi Ramni tetap menangis. Para warga lalu melihat nenek Ramni tergolek lemas diatas pangkuan Ramni.
"Mbah Rosmi??!"
Tetangga-tetangga Ramni itu langsung menggotong nenek Ramni menuju pukesmas terdekat.
Tapi, nasib. Di perjalanan menuju pukesmas, nyawa nenek Ramni tidak tertolong lagi. Nenek sudah tidak bernafas lagi.
Ramni memandang wajah neneknya. Ada senyum kecil tersungging di bibir neneknya.
"Nek.." Ucap Ramni pelan. "Semoga nenek bahagia disana, di surga... Aku janji akan kirim doa tiap hari, nek.. Nenek pasti senang, hidup bareng lagi sama kakek. Dadah nek.. Selamat tinggal.."
Jenazah nenek Ramni segera dimandikan dan disalatkan. Lalu para warga mengantarkan jenazah nenek ke tempat peristirahatanya.
Ramni yang mengikuti dibelakang membawa sekeranjang bunga untuk ditaburkan diatas makam neneknya.
Seorang ibu menepuk bahu Ramni sambil merangkulnya. "Yang tabah ya, nak... Doakan nenekmu diterima di sisi-Nya.."
Ramni mengangguk pelan sambil memandang neneknya yang mulai dimasukkan ke dalam tanah. Nenek... Selamat tinggal! Nenek adalah nenek terbaikku.... Batin Ramni sambil memeluk nisan neneknya.

4 komentar:

  1. busyeeet . . banyak amat critanya !!!! ku mau mbaca dulu yaaah . . . !!!!!!

    BalasHapus
  2. wokheyyyyh, emang banyak, habis aku suka sih bkin cerita... Gmana blogmu gak ditambahi posting baru??

    BalasHapus
  3. namanya juga nilna pastinya pinter bikin cerita dounk...

    BalasHapus
  4. Hahh?? Jangan gitu, aku jd geer lho..? Ceritamu juga bgs naum

    BalasHapus

Jangan cuma baca, komentar juga doong..! bagi saya, komentar itu membuat saya senang