Jumat, 19 Agustus 2011

untitled

Aku tahu, seharusnya aku harus lebih mengerti. Hm.. Yah, saat itu egoku sedang memuncak. sungguh, aku tak bisa menahan amarahku. Kini, aku menyesal, sedih dan... merasa bersalah tentunya.
Apa yang kubicarakan? Ah, aku bicara tentang adikku. Ini baru kualami beberapa menit sebelum aku menulis posting ini... whatever. itu tak penting.
Sepulang sekolah, aku menyempatkan diri untuk membuat komik. Lalu aku mengerjakanya di kamar. Seperempat perjalanan, nano, adikku, masuk.
"Mbak nil, kok buku ini punya dua?" tanyanya sambil mengacungkan sebuah buku tulis warna kuning.
"Oh, itu emang aku belinya banyak.." Jawabku.
"Minta ya?" Pintanya.
"Yawes." Aku kembali menggambar.
Tak lama kemudian, nano masuk lagi dan membawa bukuku yang sudah kuberikan padanya.
"Lho, pensilku mana?" Tanyaku mencari pensil diatas kasur. Aku yakin tadi kutaruh disitu. Sementara nano, diam saja. Lalu aku melihat benda panjang warna hijau dan sedikit silver. Pensilku!
"Lhoooo.. pensilku lho nooo..." Aku berusaha mengambil pensil itu dari tanganya.
"Haaaahhh..."
"Pinjemo punyaku yang di tas! Yang warna pink!" Ujarku.
"Pink mana?"
"Duh.. Ini lho!" Aku menuju ke tasku dan mencari pensil yang kumaksud. Tapi aku malah mengambil dua pensil. Hitam dan pink.
"Nih." Nano tersenyum lalu mengambil salah satu pensilnya. kalau taks alah, dia memilih pensil hitam.
Lagi-lagi. Rupanya isi pensilnya habis.
"Yah.. habis mbak nil!"
"Oh, aku punya isi." Aku kembali ke tasku dan mencari isi pensil yang wadahnya bewarna coklat. Sebenarnya, itu isi pensil temuanku. Aku temukan di musala rumahku kemarin malam.
Aku mengambilkan satu batang isi pensil kepada Nano. Lalu kembali menggambar.
"Mbak nil, ajari nggambar.." Nano mengguncang bahuku satu kali.
"Ntar.." Sahutku konsentrasi dengan lembar komikku dan pensil.
"mbak nill... ajariin.." Kini goncanganya makin keras.
"Nanti nanti..."
"Mbak nil!!"
"Sek thalaa..."
Breekk!!
Seketika, nano merobek salah satu halaman komikku. Aku terdiam sejenak lalu menoleh kepada Nano.
"Lho noo!! Aku wes bikin susah-susah lhoo!!" Marahku. Aku menggoyang-goyangkan tubuhnya kedepan dan kebelakang dengan keras. Lalu aku memukulnya. Saat aku memukul Nano rasanya... hh, susah di jelaskan. pokoknya, habis mukul, aku langsung merasa bersalah.
Tapi.. Aku malah mendorong tubuh nano. Untung dia tak jatuh. Tapi... Aku langsung menaruh kepalaku diatas kasur dan memeluknya dengan tangan.
"Aku kan udah bikin susah-susah!!" Teriakku. Nano menangis dan berlari keluar. Menghampiri mama.
Aku masih diam di tempatku.
"Kenapa sih...??" Tanya mamaku begitu melihat Nano menangis.
"NANO ITU LHO MA!! NYOBEK KOMIKKKU! PADAHAL AKU UDAH BIKIN SUSAH-SUSAH!!" Bentakku keras. Jujur, aku tak mau membentak-bentak seperti itu. Apa boleh buat, aku terbawa emosi.
Aku berlari kembali ke kamar dan mengunci diri. Aku membawa laptop ke dalam kamar dan membuat posting ini.
Yah... Seharusnya aku memang harus mengerti. Aku tahu, seharusnya tadi aku mengajari nano dulu. Kalau kulakukan, pasti takkan seperti ini.
Maafkan kakakmu ini ya, no.


1 komentar:

  1. loh ya bilang aja langsung sm nano sambil dibeliin permen :D sayang adik dong kan kasiaan ^^

    BalasHapus

Jangan cuma baca, komentar juga doong..! bagi saya, komentar itu membuat saya senang