Senin, 22 Agustus 2011

happily ever after, my ending (story 6)

Aku berusaha membuka pintu itu bersama Rani sekuat tenaga. Kami sudah terkurung disini sekitar setengah hari dengan perut keroncongan dan tanpa penerangan karena baterai senter telah habis.
Kami berdua saling berpandangan di tengah gelapnya ruangan itu. Berharap seseorang akan membuka pintu dan tersenyum melihat kehadiran kami di hadapanya.
Dan, rupanya terjadi!
"Ibu..!" Seruku dalam hati ketika melihat wajah pahlawanku dan Rani.
"Jensen..??" Pekik ibu sambil menatap wajahku. Kemudian beliau memelukku. "Kukira kau hilang nak.."
Aku kaget dengan perilaku ibu tiriku. Selama ini, ibu tak pernah memelukku atau menghawatirkanku.
"I.. Ibu.. kenapa ibu disini?" Tanyaku pelan. Beliau memegang tanganku dan mengeluarkan air mata.
"Maafkan ibu ya nak.." Ujar ibu penuh perasaan. Aku semakin bingung sementara Rani tersenyum.
"Tante, makasih sudah di bukakan pintu ya!" Kata Rani. Ibuku mengusap air matanya lalu menoleh kearahku.
"Temanmu?" Tanya ibu. Aku mengangguk cepat dan menarik tangan Rani agar dia berada di sampingku. "Namanya Rani."
"Oh, salam kenal Rani." Ibu menjabat tangan Rani. "Nah, nak.. Ayo kita pulang. Ibu memasak sop ayam kaldu kesukaanmu. Rani, kau mau ikut?"
Rani terdiam sebentar. "Eng, iya.."
Kami berjalan melewati terotoar yang sudah sangat sepi. Lampu jalan yang hanya berjumlah dua buah menerangi jalan kami hingga sampai di rumah.
"Kami pulang.." Seru ibu diikuti aku dan Rani.
Di meja makan terdapat ayah, kakak-kakak tiriku, dan... seseorang. Aku tak tahu siapa karena orang itu mengenakan topi yang menutupi wajah.
Aku dan Rani duduk bersebelahan tepat di depan orang misterius tadi.
"Jensen, ibu dan ayah tahu, hari ini hari ulang tahunmu." Ayah membuka pembicaraan. "Dan.. Kami telah menyiapkan kejutan spesial untukmu."
"Apa yah?" Tanyaku penasaran. Ibu menepuk pundak orang misterius tadi. Orang itu mengangkat wajahnya dan, rupanya... itu ibuku! Ibu kandungku!
"Ibu!!" Teriakku langsung berdiri dari tempat dudukku dan berlari kearah wanita berparas cantik tersebut.
"Ibu..." Aku tak sadar air mataku merembes. "Bukanya ibu udah tiada? kenapa hidup lagi..?"
"Ibu tidak mati nak.. Tapi ayahmu..." Ujar ibu. "Ibu bersembunyi di bawah meja... Dan ibu selamat.."
"Hik, hik, huwaaaaaa...!! Ibuuu!!" Tangisku kencang.

Dua hari berlalu...
Aku kembali ke sekolah. Nessie tiba-tiba menghampiri mejaku dan menaruh secarik kertas yang dilipat.
"Bacalah." Pesanya sebelum pergi. Aku cuma bisa tersenyum dan membuka kertas itu. Isinya, tulisan-tulisan....
Untuk Jensen
Maaf ya, aku sering mengejekmu bahkan mem-bullymu. Kumohon maafkan aku ya.. aku benar-benar merasa bersalah. Kemarin aku tidak bisa tidur karena memikirkan keadaanmu dan Rani. Aku senang ternyata kau baik-baik saja. Aku kirim maaf untuk Rani
Salam Nessie
Aku langsung berlari ke meja Rani dan menyerahkan surat Nessie. Rani tersenyum dan mengucapkan kalimat yang kupikirkan.
"Aku sudah memaafkanmu Nessie!"
"Ya.. Teriamakasih.." Ujar Nessie malu-malu. "Aku ingin menjadi teman kalian."
"Tentu saja!"
Kami lalu tertawa bersama dan saling bercanda.
Well, aku sudah memulai hidup bahagiaku. Teman yang banyak. Keluarga, dan tentu saja, kebahagiaan-kebahagiaan lain yang pasti akan kuingat.
Ini kisahku.
Apa kisahmu?
(End of god please hear my prayer (story 1), masih berlanjut (story 2), penindasan di sekolah (story 3), finally I have a friend (story 4), Rani the next victim (story 5)
                                                                The end

1 komentar:

Jangan cuma baca, komentar juga doong..! bagi saya, komentar itu membuat saya senang