Kamis, 15 September 2011

Kopi dan Susu

Hai, namaku Teh. Apa kabar! Senang bertemu kalian. Oh iya, jangan beritahu siapa-siapa ya! Ini rahasia terbesarku! Sebenarnya, namaku bukan Teh, tapi Susu! Ya, bingung?
Oke.. Aku jelaskan.
Ini berawal tujuh tahun lalu...
Aku masih berumur dua belas tahun. Aku duduk di kelas satu SMP. Aku punya sahabat bernama Kopi. Dia sangat baik dan ramah. Aku pertama kali bertemu dia saat upacara penerimaan murid baru.
Kopi adalah cowok kulit hitam yang berambut mirip latte bewarna krem. Sementara aku, yeah... Tak bermaksud sombong lho. Aku cewek berkulit putih lembut dengan rambut pirang kecokelatan. Kata teman-teman aku cukup cantik sih.. Hehe..
Jadi, begini ceritanya.
Aku dan Kopi adalah sahabat yang sangat akrab. Setiap hari kami selalu bersama. Kami terus menjadi sahabat tak terputuskan sampai hendak lulus SMA.
Pada saat itulah temanku berkata padaku.
"Eh, Susu. Kamu kok mau-mau aja sih temenan sama si jelek Kopi itu, mending sama si Cappucino, dia terkenal dan keren lagi!" Ujar jus strawberry.
"Umh, tapi walaupun tampangnya jelek dia baik kok!" Kilahku.
"Yah.. Aku kan cuma beritahu kamu, jadi terserah.." Jus strawberry pergi meninggalkanku dan menghilang begitu saja.
Tapi, kemudian. Aku mulai berpikir. Iya juga, kenapa aku tak berteman dengan Cappucino? Aku akui Cappucino memang keren. Tapi.. Kenapa aku malah sama Kopi? Aku bingung sendiri.
Satu bulan kemudian.. Aku sedang berada di wisuda perpisahan SMP. Aku sudah berdandan dengan cantik. Aku mengenakan make-up natural. Banyak anak yang memuji penampilanku. Tiba-tiba Kopi datang dan tersenyum padaku.
"Kamu cantik banget." Katanya.
Aku meringis. "Hehe, thanks!" Balasku. Lalu aku memperhatikan pakaian Kopi. "Kamu juga keren kok,"
Wajah Kopi memerah sebentar. Kemudian dia buru-buru menyahut.
"Ee.. Ee.. Ada yang ingin aku bicarakan padamu!" Serunya. "Ikuti aku!"
"Oke.."
Aku mengikuti Kopi di belakangnya. Kami menuju ke balik panggung. Sesampainya disana, Kopi menghela nafas.
"Sebenarnya..." Kopi duduk di salah satu bangku. "Aku... Aku... Suka.."
Aku diam sebentar. "Suka apa?"
"Suka.. Kamu."
Dheg. Suasana diam seketika. A.. Apa? Barusan tadi..?
"Hem.. Maaf, ini memang tiba-tiba, tapi aku sudah memendam perasaan ini sejak dulu.." Kopi menunduk. "Kau mau jadi cewek yang paling spesial setelah ibuku?"
Aku masih diam. Tak tau harus bilang apa. Dalam hati aku ingin menolaknya. Tapi... Kasihan juga, patah hati pasti rasanya sakit sekali. Jadi...
"Baiklah, aku mau." Ujarku.
"Sungguh? Terima kasih! Terima kasih!" Kopi langsung senang dan menyalam-nyalami tanganku.
"Ya.. Ya.."
Besoknya...
Minggu ini, minggu terakhirku di sekolah. Aku datang ke sekolah dengan suka cita karena aku tak ingin melewatkan saat-saat ini begitu saja.
"Eh, denger-denger Susu jadian lho sama Kopi, sahabatnya!" Kata seorang anak.
"Iya! Iya! Aku juga tahu! Iih.. Sayang banget ya! Padahal Susu cantik, kok jadian sama Kopi yang item jelek kayak gitu!" Sahut anak lain.
Aku yang berada tak jauh dari mereka mendengar gosip itu. Tiba-tiba hati serasa tertusuk. Akhirnya Aku berjalan lunglai ke kelas.
Begitu ada di depan kelas, para murid memergokiku dan diam.
Aku kembali berjalan lemas kearah tempat dudukku yang berada di sebelah Kopi.
"Pst," bisik Kopi. "Hei, kok anak-anak bisa tahu kalau kita barusan jadian?"
"Nggak tahu, kamu yang beritahu?" Tanyaku.
"Enggak mungkin lah! Ngapain kali!" Kopi menukas.
"Yah..."
Ternyata, ini tak seringan yang kuduga. Setiap jengkal langkahku di sekolah, aku selalu mendengar desas-desus gosip tentangku dan Kopi serta cemoohan yang datang bertubi-tubi.
Ini terus berlanjut hingga enam hari. Sampai akhirnya aku mengambil suatu keputusan.
"Kopi." Sapaku.
"Eh, halo! Ada apa?"
"Aku ingin bilang.." Suaraku terasa berat. Aku tak tega mengatakan ini tapi.. "Kalau mulai sekarang, aku bukan cewekmu lagi. Kita putus."
Kopi menganga. "Lho? Kenapa??"
"Aku... Nggak kuat." Sergahku. "Aku.. nggak mau terus begini, jadi.. jadi... Aku harap kamu nggak sakit hati."
"Kh.." Kopi meremas jemarinya. "Gimana aku nggak sakit hati! Pasti kamu mengakhiri ini semua karena aku jelek, iya kan?!"
"Bu.. Bukan begitu, maksudku.."
"AAH, CUKUP! Baiklah, kuterima keputusanmu! Kita putus!! Aku nggak mau punya pacar nggak setia kayak kamu!" Bentak Kopi. "Selamat Tinggal!"
Setelah Kopi menghilang dari hadapanku, sekarang, aku cuma bisa tertunduk lemas melihat kepergian Kopi. Dia marah. Tentu saja.

Satu tahun kemudian...

Kehidupanku terasa buram tanpa Kopi. Aku tak bisa melupakan wajahnya yang penuh canda. Lawakanya yang selalu berhasil membuatku tertawa ngakak dan kebaikanya padaku selama ini, kubalas dengan goresan. Goresan yang mengucur darah. Darah patah hati.
Aku begitu menyesal.
Aku tak pernah melihat cowok lain sebaik Kopi. Walaupun dia tak begitu tampan, tapi.. hatinya sungguhlah yang memiliki ketampanan luar biasa.
Sejak itu, aku tak berani melihat wajah Kopi. Aku dan Kopi masuk di SMA yang sama. Karena merasa menderita. Aku ingin mengganti diriku. Mengganti diriku menjadi pribadi baru.
Aku mengganti namaku menjadi Teh. Dulu, yang kulitku bewarna putih lembut, kini menjadi cokelat terang. Dulu, yang rambutku bewarna pirang kecokelatan, sekarang menjadi hitam.

Dan..
Itulah kisahku. Jangan pernah memanggilku Susu lagi. Aku bukan Susu yang hanya memandang rupa luar belaka, Aku adalah Teh yang melihat kebaikan hati untuk menilai orang.
Jadi, sebenarnya, orang cantik atau tampan itu bukan dari wajah atau bentuk tubuh. Tapi dari hati. Orang yang meiliki hati yang bersih dan taqwa adalah orang yang paling cantik atau tampan di dunia ini.
NB: Ini cerita fiksi. Jika ada kesamaan nama maupun tempat hanya kebetulan saja. Mohon diambil hikmahnya, Terimakasih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan cuma baca, komentar juga doong..! bagi saya, komentar itu membuat saya senang